Ngaku Kreatif? Ternyata Masih Banyak yang Lebih Kreatif Dari Kamu

Ngaku Kreatif? Ternyata Masih Banyak yang Lebih Kreatif Dari Kamu

Hai blogiest yang kreatif!
Hal apa yang membuat kita merasa sangat menonjol dari orang lain? Potensi apa? Kesenian? Musik? Buku bacaan? Atau akademis? Semua menjadi sangat menonjol kalau kita menjadi diri sendiri dan menjadi berbeda. Unik.

Apa keunikanmu?

Ide banyak, but no action! *ngaca diri* Kreatif sih, tapi nggak ada bentuknya. Wah, pengennya sih nggak kaya gitu. Banyak banget nih to do list-nya, tapi masih suka ketunda-tunda. Nggak menghasilkan apa-apa, nggak bisa diapresiasi.

Ngomong-ngomong soal kreatifitas dan apresiasi, aku ingin menceritakan pengalaman seru jadi juri film pendek di sekolah SMA 2 Jember. Aku senang diberi kepercayaan bergengsi seperti itu. Guru bahasa indonesia sudah sangat mengenal aku dari prestasi menulis semenjak aku SMA. Ya, ini SMA-ku, SMADA Jember.

Jadi ceritanya beliau mendadak menghubungi aku via telepon H-1 untuk menjadi juri. Aku terima. Aku juga ingin berpengalaman menjadi juri setelah pernah merasakan menjadi pembawa materi atau nara sumber.

Wih, jadi juri. Keren banget sepertinya. Itu artinya aku harus memperhatikan sebuah karya kratifitas dengan sungguh-sungguh dan fokus. Tidak hanya sekedar menonton, tapi aku mencatat hal-hal penting guna pertimbangan nilai. Aku belum pernah jadi juri secara LIVE. Pernah sih, jadi juri kompetisi cerpen. Tapi ini beda. Saat itu aku melihat sebuah karya, saat itu pula aku harus menilai.

Menjadi juri itu ternyata seru juga ya.
Rasanya keputusan tertinggi ada di tanganku. Sering kan ada tag "Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat." Yes. Di sinilah idealisme sangat-sangat-sangat dipakai. 

Menurutku itu jelek. Nggak bagus. Padahal kata juri di sebelahku bagus. Aku bisa ketawa di bagian tertentu, juri di sebelahku diam tanpa ekspresi. Tapi ada kalanya, aku merasa cerita itu membosankan, ternyata juri disebelahku juga menguap, bahkan nggak peduliin lanjutannya. Dia justru mengambil hape-nya. Bosan.

Festival Film Independen SMADA Kreatif 2015

Festival Film Independen SMADA Kreatif 2015

Para peserta adalah seluruh kelas XI di SMADA Jember (SMA 2 Jember). Aku harus menilai 9 (sembilan) film dari 10 kelas. Durasi yang mereka tampilkan sekitar 15 menit. Komponen penjurian ada 5 (lima), diantaranya adalah Fisual, Ekspresi, Cerita, Editing, satunya aku lupa. Haha.. maafkan. Btw, mejeng dulu kali ya?

Aku menjadi JURI I di Festival Film Independen SMADA KREATIF 2015

Aku menjadi JURI I di Festival Film Independen SMAD KREATIF 2015

Kertas penilaian, ballpoint, dan konsumsi yang aku dapat.

Kertas penilaian ballpoint, dan konsumsi yang aku dapat

Nah, aku akan berbagi garis besar ceritanya. Mungkin teman-teman sedang buntu dan ingin mencari ide. Mungkin bermanfaat. ^^ Ini dia cerita dari 3 besar tersebut. Mereka keren banget dalam membuat ide cerita. Kreatif! 

Juara III XI IPA 3 --- Judul: Dengar?

Ini film kocak abis! Gilak! Kisahnya tentang kenakalan anak SMA. Suka ngebully, jahil dan hingga akhirnya ada anak cupu yang ditindas berdoa sambil mengutuk, "Semoga dia budeg!" Doa yang jelek.

Maka dikabulkanlah doa si cupu ini. Tuh, kan makanya jangan suka nyakitin orang, hati para tertindas siapa tahu didengar Tuhan. Dia budeg sampai kakek-kakek. Sumpah ekspresinya lucu banget! Yang bikin ngena banget, nih kakek masih aja suka nyebelin di masa tuanya. Baju cucunya yang baru aja dibeli, disobek, ditarik, buat ngepel air yang tumpah biar serupa sama kain pel! Kertas tugas kakak juga dirobek karena iseng, makanan di dapur, jatah orang lain masih aja diembat.
"Mbah, itu makanan aku!"
Kakeknya masih asyik ngunyah. Dasar si Kakek budeg.
"Mbah! Mbah! Mbah!"
"Nggak usah begitu, Mbah denger."
"Itu punya siapa yang Mbah makan?" Si cucu udah kesel makanannya direbut.
"Nggak tahu ini ada di dapur ya udah Mbah makan."
Beberapa saat kemudian, "Waduh, Mbah lupa kalau sudah makan. Ini buat kamu aja."
Si cucu ngacir.
Ada bagian lucu lagi ketika ada temen-temen si kakak datang tapi kakak lagi keluar. Berhubung si Kakek ini diajak ngomong antara nyambung nggak nyambung, dikerjain deh sama temen-temen kakak.
"Mbah, muka mbah kok jelek banget sih! Kaya ***," kata salah satu temen kakek menyebut nama hewan. Ih nggak sopan ya?
Si kakek tersipu malu, "Jangan begitu...," tangannya melambai malu-malu.
"Iya, sebelas dua belas lah...,"
Si kakek makin salah tingkah nyebelin.
Karena si kakek suka bikin kesel, orang-orang pada suka sewot. Endingnya kocak karena diceritakan kakeknya keluar kamar sambil bawa koper seperti tereliminasi. Dengan diberi epilog, "Akhirnya kakek menghabiskan waktunya dengan..... tenang."



Juara II XI IPS 1 --- Judul: Selesai

Ini cerita cukup bagus. Karena menggabungkan 2 (dua) konflik ke dalam satu cerita yang nyambung. Konflik pertama adalah tentang keluarga ibu dan anak. Anaknya berangkat les, pulangnya minta dijemput Ibunya. Tapi ibunya nggak mau, bilang sibuk. Padahal ibunya nonton tivi sambil nyemil. Alhasil anaknya diculik, nggak pulang-pulang satu hari.

Konflik kedua adalah cerita tentang persahabatan tim penculik. Orang-orang yang menculik itu diceritanya nggak sekedar menculik. Tapi ada penghianatan. Tiga orang penculik, dua perempuan dan satu diantaranya laki-laki. Polisi akhirnya menemukan dimana markas penculik.

Dikejarlah para penculik oleh polisi. Ketika tertangkap basah, justru penculik laki-laki itu ikut membantu untuk meringkus. Kedua penculik perempuan kaget, jadi selama ini dia penyusup. Tapi jadi baper karena di filmnya dibuat flashback kenangan-kenangan mereka bertiga bersahabat. Dari makan jajanan bareng, lihat pemandangan bareng, jahil bareng hingga akhirnya tidur kecapean bareng. Jadi ngerasain baper gitu deh.

Ada beberapa adegan yang lucu. Katika Ibu anak yang diculik itu dibantu oleh teman membuat selebaran, mereka berakting seperti ini.
"Ya udah, kita cari Eva. Ini, bagi dua, ya?" Kata teman Ibu sambil memberi segepok selebaran berita hilang.
Si ibu menerima sambil mengulangi kata-katanya, "Bagi dua, ya?" Kemudian dia merobek kertas selebaran menjadi dua.
Nice Try, Ibu!



Juara I XI IPA 1 --- Judul: Matahari yang Hilang

Film pendek ini lebih banyak bermain narasi. Menggunakan sudut pandang pertama, Aku. Film ini menganalogikan bahwa semua tidak ada yang abadi. Matahari memang terbit, namun pada akhirnya akan tenggelam juga. Kisah seorang aku (laki-laki) yang menyukai seorang gadis cantik menurut hatinya. Dia begitu menjaga gadis itu hingga akhirnya ia harus meninggalkannya untuk sebuah pendidikan di Paris. Gadis itu menunggu sambil tetap menjalin komunikasi lewat LINE. Mirip AADC yah? Haha!

Tapi karena si aku yang semakin sibuk, ia semakin jarang komunikasi. Si gadis menanti kabar, hingga akhirnya sama sekali tiada kabar. Si gadis bisa saja menghubungi terus-menerus, tetapi dia juga punya alasan mengapa ia membiarkan semuanya tiada kabar.

Namun mereka masih memegang cinta di dalam hatinya masing-masing. Hingga si aku pulang, ia mendapati gadis sudah tidak bernyawa karena. Si gadis sengaja tak memberi kabar supaya si aku terbiasa tanpanya. Si aku hanya menemui sebuah surat tulisan tangan si gadis. Matahari yang begitu terang bersinar, akhirnya akan terbenam juga.



Itu dia tiga besar film pendek terbaik.
Cerita yang diangkat oleh merekapun juga nggak mainstream. Yang lain juga bagus-bagus, sih. Tapi diantara mereka pasti ada yang lebih unggul. Itulah kompetisi. Dari pengalaman menjadi juri perdana ini, aku mendapatkan banyak sekali hal baru yang bermanfaat:

Bahwa kreatifitas itu tiada batasnya. 
Dalam sebuah kompetisi, ketika percaya diri punyaku paling oke, nyatanya masih ada yang lebih oke dari itu. Lebih kreatif daripada itu. 
Anak SMA, sudah bisa membuat film profesional dengan cerita yang luar biasa bagus. 
Aku, merasa malu. Malu karena belum berkarya lagi.
Terlepas masih ada langit di atas langit, rasa percaya diri adalah kunci utama sebuah keberhasilan.

Aku tidak ingin kalah dengan mereka, aku pasti bisa! ^^

Berangkat dari ketidaktahuan apa-apa, 
berjalan dengan ilmu yang minim,
 dan berlari mengejar impian dengan ilmu yang baru.
Budi Utomo
[Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 jember]

Narsis setelah asyik nonton film pendek di depan sekolah SMA Negeri 2 Jember.
Narsis setelah asyik nonton film pendek di depan sekolah SMA Negeri 2 Jember.
Sumber Gambar Dokumen Pribadi

Previous
Next Post »

9 komentar

Write komentar
Monday 27 April 2015 at 13:34:00 GMT+7 delete

Bagian ibu-ibu robek brosur itu kocak. Sarap!

Reply
avatar
Vindy Putri
AUTHOR
Monday 27 April 2015 at 18:35:00 GMT+7 delete

Haha.., kamu naksir ibu-ibunya? Besok saya kenalkan. :D

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Tuesday 28 April 2015 at 09:54:00 GMT+7 delete

Kesan pertama jadi seorang juri gimana nih? heheehe

Reply
avatar
Vindy Putri
AUTHOR
Tuesday 28 April 2015 at 18:49:00 GMT+7 delete

Kesannya amazing! Malu, takut, tapi kemudian jadi semangat dan percaya diri, bahwa aku harusnya bisa lebih dari ini. :)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Friday 1 May 2015 at 12:54:00 GMT+7 delete

Jadi juri itu mesti subjektif, dosa nya besar kalo salah pilih hahaha

Reply
avatar
Vindy Putri
AUTHOR
Friday 1 May 2015 at 15:21:00 GMT+7 delete

Hahahaha.. AKunya nggak kenal sama siapa-siapa tuh. Hihihi.. Objektif doong... :P

Reply
avatar
Beby
AUTHOR
Tuesday 5 May 2015 at 16:41:00 GMT+7 delete

Pengalaman banget ya, Viiin.. :D Jadi juri itu kan ngga gampang.. Berat malah karena harus nentuin pemenang :P

Reply
avatar
Vindy Putri
AUTHOR
Tuesday 5 May 2015 at 19:54:00 GMT+7 delete

Ah.., nggak juga..., ntar kan nilainya digabung dan dicari rata-rata :D

Reply
avatar
Beby
AUTHOR
Friday 8 May 2015 at 09:58:00 GMT+7 delete

Kalok aku bakalan kzl misalnya yang menurut ku bagus tapi ngga menang :P

Reply
avatar

Jejakkan komentar, saran, kritik, dan pertanyaan melalui Contact atau komentar di bawah ini. Gunakan komentar Facebook (di atas) jika ingin mendapat notifikasi balasan langsung dari Facebook. Atau bisa juga dengan akun Blog/Gmail.

Terima kasih berkenan membaca dan mampir di Vindy Pindy Mindy.
--- www.vindyputri.com ConversionConversion EmoticonEmoticon